Profil Desa Onje

Ketahui informasi secara rinci Desa Onje mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Onje

Tentang Kami

Profil Desa Onje, Mrebet, Purbalingga, mengupas statusnya sebagai desa wisata sejarah dan religi. Menyoroti situs bersejarah seperti Masjid Sayyid Kuning, Petilasan Adipati Onje, dan tradisi Jamasan, serta data geografi, pemerintahan, dan potensi ekonomin

  • Pusat Sejarah Purbalingga

    Onje merupakan cikal bakal Kadipaten Purbalingga dengan bukti peninggalan otentik seperti Masjid kuno R. Sayyid Kuning dan Petilasan Adipati Onje.

  • Destinasi Wisata Religi

    Desa ini menjadi tujuan utama ziarah dan wisata spiritual berkat keberadaan makam tokoh penyebar Islam dan masjid bersejarah yang masih aktif digunakan.

  • Tradisi Budaya yang Hidup

    Memiliki tradisi tahunan "Jamasan Pusaka" yang menjadi atraksi budaya unggulan, menunjukkan komitmen kuat masyarakat dalam merawat warisan leluhur.

XM Broker

Desa Onje, sebuah wilayah yang terletak di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, bukan sekadar sebuah desa, melainkan sebuah gerbang waktu yang menyingkap jejak awal peradaban di Purbalingga. Sebagai desa wisata yang memadukan pesona religi, sejarah dan budaya, Onje menawarkan pengalaman unik bagi siapa pun yang menjejakkan kaki di atas tanahnya. Dengan peninggalan bersejarah yang masih berdiri kokoh dan tradisi yang terus hidup, desa ini menjadi pusat studi sejarah sekaligus destinasi spiritual yang penting di kawasan Banyumas Raya.

Geografi dan Pemerintahan

Desa Onje secara geografis berada di Kecamatan Mrebet, sekitar 9 kilometer ke arah timur laut dari pusat kota Purbalingga. Wilayahnya memiliki luas 2,67 km², menjadikannya salah satu desa terluas di kecamatan tersebut. Dengan jumlah penduduk sebanyak 5.232 jiwa, tingkat kepadatan penduduk Desa Onje ialah sekitar 1.960 jiwa per km². Desa ini memiliki kode pos 53352 dan kode wilayah administrasi 33.03.08.2002.

Secara administratif, Desa Onje berbatasan langsung dengan beberapa desa lain yang turut menopang ekosistem sosial dan ekonominya. Berdasarkan Peraturan Bupati Purbalingga, batas-batas wilayahnya ditetapkan sebagai berikut:

  • Sebelah Utara
    Berbatasan dengan Desa Karangturi, Kecamatan Mrebet.
  • Sebelah Timur
    Berbatasan dengan Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet.
  • Sebelah Selatan
    Berbatasan dengan Desa Patemon dan Desa Karangcegak, Kecamatan Bojongsari.
  • Sebelah Barat
    Berbatasan dengan Desa Karangturi, Kecamatan Mrebet.

Pemerintahan desa, yang dipimpin oleh seorang kepala desa, menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian cagar budaya sekaligus mendorong inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sinergi antara pemerintah desa, lembaga masyarakat dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) menjadi kunci dalam mengelola potensi besar yang dimiliki Onje.

Jantung Sejarah Purbalingga

Sejarah mencatat bahwa Onje merupakan cikal bakal Kadipaten Purbalingga. Sebelum pusat pemerintahan berpindah ke lokasi saat ini, Onje ialah pusat kekuasaan yang dipimpin oleh seorang adipati. Jejak kejayaan masa lalu ini tidak lekang oleh waktu dan masih dapat disaksikan melalui berbagai situs peninggalan yang terawat dengan baik.

Masjid R. Sayyid Kuning: Inilah ikon utama Desa Onje. Masjid yang dibangun sekitar tahun 1400-an ini diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Purbalingga, bahkan di wilayah Banyumas. Nama masjid ini diambil dari nama seorang tokoh penyebar agama Islam di wilayah ini, Raden Sayyid Kuning. Arsitektur masjid ini sangat khas dengan atap tumpang tiga yang mencerminkan gaya arsitektur Jawa kuno, mirip dengan Masjid Agung Demak. Di dalam kompleks masjid, terdapat 20 saka guru (tiang utama) dari kayu jati yang masih asli, sebuah mimbar kuno, dan sebuah bedug bersejarah. Di belakang masjid, terdapat komplek makam kuno tempat Raden Sayyid Kuning dan para pengikutnya dimakamkan, menjadikannya tujuan utama ziarah.

Petilasan Adipati Onje I: Tidak jauh dari masjid, terdapat situs petilasan atau bekas tempat tinggal Adipati Onje I. Situs ini menjadi bukti otentik bahwa Onje pernah menjadi pusat pemerintahan. Di lokasi ini, pengunjung dapat melihat umpak-umpak batu yang dulunya berfungsi sebagai penyangga tiang bangunan pendopo kadipaten. Keberadaan petilasan ini memperkuat narasi Onje sebagai titik nol peradaban Purbalingga.

Batu Gilang dan Watu Tumpeng: Di sekitar area petilasan, terdapat dua artefak penting lainnya. Batu Gilang, sebuah batu datar yang diyakini sebagai tempat duduk adipati saat memimpin pertemuan atau upacara. Sementara itu, Watu Tumpeng ialah batu berbentuk kerucut yang dipercaya sebagai penanda atau simbol kesuburan dan kemakmuran kadipaten pada masa itu.

Tradisi Jamasan Pusaka: Merawat Warisan Leluhur

Salah satu daya tarik utama Desa Onje yang bersifat non-fisik ialah tradisi Jamasan Pusaka. Ritual ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Maulud (Rabiul Awal) dalam kalender Hijriah. Jamasan merupakan prosesi penyucian atau pembersihan benda-benda pusaka peninggalan Kadipaten Onje dan Masjid Sayyid Kuning. Benda-benda pusaka seperti tombak, keris, dan Al-Qur`an raksasa tulisan tangan dibersihkan dalam sebuah upacara yang sakral.

Prosesi ini bukan sekadar ritual pembersihan, melainkan sebuah ekspresi penghormatan terhadap para leluhur dan upaya untuk melestarikan nilai-nilai sejarah. Tradisi ini selalu menarik perhatian ribuan warga, baik dari dalam maupun luar Purbalingga, yang ingin menyaksikan langsung prosesi adat yang sarat makna ini. Air bekas cucian pusaka sering kali menjadi rebutan warga yang percaya bahwa air tersebut membawa berkah. Tradisi Jamasan menjadi puncak dari kalender budaya Desa Onje, menegaskan identitasnya sebagai desa yang kuat dalam memegang teguh adat warisan leluhur.

Potensi Ekonomi dan Pengembangan Desa Wisata

Status sebagai desa wisata religi menjadi motor penggerak ekonomi Desa Onje. Potensi ini dikelola secara aktif oleh masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) "Onje Bangkit". Kehadiran Pokdarwis sangat vital dalam menciptakan paket-paket wisata, memandu wisatawan, serta mengembangkan produk ekonomi kreatif lokal.

Salah satu produk khas yang mulai dikembangkan ialah "Minyak Onje". Meskipun belum diproduksi secara massal, minyak ini diyakini memiliki khasiat dan menjadi salah satu oleh-oleh unik yang bisa dibawa pulang wisatawan. Selain itu, warga juga mulai mengembangkan berbagai produk kuliner dan kerajinan tangan untuk dijual di sekitar area wisata.

Pengembangan infrastruktur juga terus dilakukan. Pemerintah daerah telah memberikan perhatian khusus pada akses jalan menuju lokasi wisata serta penataan kawasan sekitar masjid dan petilasan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Menurut Kepala Bidang Pariwisata Dinporapar Purbalingga, Gunanto Eko Saputro, pengembangan Desa Wisata Onje dilakukan secara bertahap dengan memprioritaskan pelestarian situs cagar budaya. "Kami sangat hati-hati dalam pengembangannya karena di sana banyak situs purbakala yang harus dilindungi," ujarnya dalam sebuah kesempatan.

Pemerintah desa dan Pokdarwis juga aktif memanfaatkan media digital untuk promosi. Informasi mengenai paket wisata, jadwal acara adat, dan keunikan Desa Onje disebarkan melalui berbagai platform media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Implikasi dan Arah Pengembangan ke Depan

Desa Onje berdiri di atas fondasi yang sangat kokoh: sejarah yang otentik dan budaya yang hidup. Ini adalah modal utama yang tidak dimiliki oleh banyak desa lain. Arah pengembangan ke depan harus tetap berpusat pada prinsip pelestarian. Setiap pembangunan fisik atau inovasi paket wisata harus selaras dengan upaya menjaga keaslian dan kesakralan situs-situs yang ada.

Tantangan ke depan ialah bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya para pemandu wisata, agar dapat menyampaikan narasi sejarah dengan akurat dan menarik. Selain itu, diversifikasi produk ekonomi kreatif perlu terus didorong agar manfaat ekonomi dari sektor pariwisata dapat dirasakan secara lebih merata oleh masyarakat.

Dengan kolaborasi yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan para pegiat wisata, Desa Onje tidak hanya akan menjadi destinasi wisata andalan Purbalingga, tetapi juga akan mengukuhkan posisinya sebagai laboratorium hidup bagi siapa saja yang ingin belajar tentang akar sejarah dan kearifan lokal tanah Jawa.